10Likes, 0 Comments - Selvi J. Rampengan (@yooraselvi) on Instagram: ""Jika Tuhan berkehendak, maka semuanya akan terjadi" . Semua indah pada waktu-Nya, karna 'waktu'" Jika Allah berkehendak" Rencana, kegiatan dan proyek. Semuanya tentang masa depan. "Besok saya akan melakukan ini dan itu". "Hari ini atau besok, saya akan pergi ke sana", "Pada tanggal ini atau itu, saya akan memulai pekerjaan ini", dll. Tidak ada salahnya untuk kita membuat rencana atau memiliki visi untuk masa depan. tVN5Bd. Lois Official Writer “Banyak orang yang berambisi ingin mengubah dunia. Banyak orang yang berambisi untuk mengubah hidup orang lain, tetapi terlalu sedikit orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri,” demikian kata Leo Tolstoy, seorang penulis asal Rusia. Sementara Cecil G. Osborne pernah berkata, “Ubahlah diri Anda, maka orang lain dengan sendirinya akan berubah sebagai reaksi terhadap Anda.” Tuntutan untuk hidup sempurna seringkali membuat seseorang bersikap kritis dan menghakimi, bahkan menghukum orang lain. Seringkali seseorang menilai orang lain dengan ukuran yang sangat ketat, sementara jika ia menilai dirinya sendiri ukuran itu menjadi sangat longgar. Ini adalah sikap yang berbahaya, karena jika kita berpegang kepada kebenaran, kita tidak berwenang untuk bersikap demikian. Karena satu-satunya yang berhak atas penghakiman adalah Allah sendiri. Saudara-saudara, dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang gemar mengubah hidup orang lain. Tanpa sadar, kita pun terjebak dalam kebiasaan menilai dan menghakimi orang lain. Semua kalangan bisa jadi hakim bagi sesamanya, bahkan hamba Tuhan sekalipun. Banyak hamba Tuhan yang berusaha membereskan dosa-dosa orang lain, tetapi luput untuk membereskan dosa-dosanya sendiri. Jadi, kita semua sama-sama memiliki tantangan yang sama bagaimana belajar untuk tidak lagi menghakimi. Pada kali ini kita akan mempelajari apa kata Tuhan Yesus tentang menghakimi. Matius 71-5 TB LAI 1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." Matius 71-5 BIS 1 ”Janganlah menghakimi orang lain, supaya kalian sendiri juga jangan dihakimi oleh Allah. 2 Sebab sebagaimana kalian menghakimi orang lain, begitu juga Allah akan menghakimi kalian. Dan ukuran yang kalian pakai untuk orang lain, akan dipakai juga oleh Allah untuk kalian. 3 Mengapa kalian melihat secukil kayu dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kalian perhatikan? 4 Bagaimana kalian dapat mengatakan kepada saudaramu, 'Mari saya keluarkan kayu secukil itu dari matamu,' sedangkan di dalam matamu sendiri ada balok? 5 Hai munafik! Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, barulah engkau melihat dengan jelas, dan dapat mengeluarkan secukil kayu dari mata saudaramu.” Menghakimi’ itu seperti apa? Yesus mengatakan, “Janganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” ayat 1. Sikap menghakimi’ yang dimaksud dalam bagian ini bukan berarti kita tidak boleh menegur kesalahan orang lain, mengkritik orang lain, atau meniadakan nalar kita untuk membedakan mana benar, mana salah, mana baik, mana jahat. Jika kita melihat [kitab]Matiu713-27[/kitab], jelas sekali di situ Yesus meminta kita untuk bisa membedakan antara nabi-nabi palsu dengan nabi-nabi yang sejati. Ini berarti diperlukan kemampuan kritis untuk membedakan mana nabi yang asli dan yang palsu; mana ajaran yang benar dan yang sesat. Menghakimi atau mencari-cari kesalahan tidak sama dengan menegur. Menegur dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yakobus, kita wajib menegur seseorang jika ia melakukan kesalahan; karena jika tidak, kita pun turut berbuat dosa [kitab]Yakob417[/kitab]. Namun menghakimi hanya akan bertujuan untuk menjatuhkan orang lain. Kalau menghakimi itu bertujuan untuk memperbaiki maka itu namanya menegur. Dan hal ini sah-sah saja di mata Yesus. Namun kalau tujuan awal kita menegur orang tetapi sudah mengarah untuk mencari-cari kesalahan orang maka hal itu merupakan suatu tindakan yang dicela oleh Yesus. “Jangan menghakimi” juga bukan artinya kita tidak peduli dengan kesalahan orang lain, seolah-olah itu adalah privasi orang lain dan bukan urusan kita. Itu bukan poinnya. Sikap menghakimi yang dimaksudkan di sini adalah lebih kepada sikap yang fanatik dan agresif terhadap dosa-dosa orang lain, tetapi toleran dengan dosa-dosa sendiri. Yesus tidak melarang kita untuk mengkritik kesalahan orang lain. Jika kita melihat dalam Alkitab, Yesus seringkali mengkritik orang-orang Farisi. Yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebenarnya adalah untuk tidak mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain. Dahulukan untuk melihat kepada diri kita sendiri, dan sadarilah siapa kita di hadapan Tuhan. Selain itu, dalam mengkritik kita harus memeriksa apakah diri kita memiliki tujuan atau motif yang salah dalam hati. Dengan demikian kita akan dapat memahami atau mengerti orang lain. Dalam ayat-ayat di atas, Yesus menyajikan contoh yang cukup menggelitik. Tuhan Yesus berkata, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu…” Selumbar bhs Yunani karphos adalah serbuk kayu yang diperoleh saat menggergaji kayu, yang berarti ukurannya sangat kecil. Kemudian Ia melanjutkan, “Engkau sangat mampu melihat selumbar di mata saudaramu tetapi kamu tidak mampu melihat balok di matamu.” Balok bhs Yunani dokos yang dibicarakan di sini adalah balok yang biasa dipakai sebagai penyangga atap. Biasanya berasal dari batang utama sebuah pohon yang sisi-sisinya dipotong persegi dan dipasang sebagai tiang utama. Orang yang memiliki balok dalam matanya itu, ingin menolong mengeluarkan selumbar dalam mata saudaranya. Tentu motivasi ini sangat baik kelihatannya. Tetapi masalahnya adalah tidak mungkin orang itu dapat menolong mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya karena dalam matanya sendiri terdapat sebuah balok besar. Pada saat orang ini ingin mengeluarkan selumbar itu, ada balok yang menghalangi dia untuk bisa melihat dengan jelas selumbar itu. Dengan demikian, tak mungkin pertolongan bisa dilakukan. Saudara-saudara, kadang-kadang kita tidak peka terhadap dosa-dosa sendiri, tetapi begitu peka terhadap dosa-dosa orang lain, seperti yang dilakukan oleh Daud ketika membunuh Uria untuk mendapatkan Batsyeba, istri Uria. Pada waktu nabi Natan memberikan sebuah perumpamaan untuk menegur dosanya, Daud tidak sadar bahwa Natan sebenarnya sedang menegur dosanya melalui perumpamaan itu. Kita semua sudah tahu ceritanya. Daud malah berkata “Demi Allah yang hidup, orang kaya yang telah mengambil anak domba betina dari si miskin itu, harus dihukum mati, karena ia tidak mengenal belas kasihan.” Tetapi pada saat itu, nabi Natan berkata “Daud, engkaulah orang itu!” Baca [kitab]iiSam121-7[/kitab]. Kadang-kadang kita juga bisa seperti Daud, kehilangan kepekaan terhadap dosa-dosa kita sendiri yang sebenarnya menjijikkan di mata Allah. John Calvin pernah menulis “Orang yang kudus, bukanlah orang yang tidak dapat berbuat dosa lagi, tetapi orang kudus adalah orang yang makin memiliki kepekaan terhadap dosa-dosa diri sendiri, bahkan dosa-dosa yang terkecil sekalipun.” Mengapa kita tidak diperbolehkan menghakimi? Karena kita tidak mengetahui persoalan yang sesungguhnya. Dalam menilai orang lain, seringkali seseorang menempatkan dirinya pada tempat yang salah, tempat yang bukan miliknya. Kadangkala kita terlalu cepat menilai sesuatu tanpa mengetahui alasan orang lain dalam melakukan suatu tindakan. Padahal tidak seorangpun mengetahui beratnya pergumulan orang lain dalam menghadapi sesuatu. Jika saja kita mengetahui seluk beluk yang telah dilewati dalam perjalanan hidup seseorang maka kita tidak akan mudah mengeluarkan tuntutan atau penilaian yang negatif. Sebaliknya, jika kita dapat merasakan beratnya kehidupan seseorang, kita akan mampu menghargai perjuangan orang itu dalam melewati pergumulannya dan menghargai dia sebagaimana adanya. Hendaklah kita cepat untuk menilai diri sendiri dan lambat menilai orang lain. Daripada menghakimi, adalah lebih baik jika kita membebaskan orang tersebut dari dakwaan dan menahan diri untuk tidak menghakimi sampai semua fakta diketahui. Dalam menghakimi seringkali penilaian kita tidak jujur Adakalanya seseorang memiliki maksud-maksud tersembunyi ketika ia mencari-cari kesalahan orang lain. Seringkali orang cenderung menjadi subyektif dan tidak jujur ketika ia menghakimi orang lain. Ia menjadi terlalu kritis terhadap kelemahan-kelemahan kecil dalam kehidupan setiap orang di sekelilingnya. Untuk memecahkan masalah ini, Tuhan Yesus menasihatkan. “Keluarkan dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” ayat 5. Kita tidak membutuhkan tukang kayu atau dokter mata untuk memahami perumpamaan Yesus ini. Namun jika kita mau mengalihkan perhatian dari selumbar yang kita lihat dari dalam diri orang lain untuk memperhatikan balok yang ada dalam mata kita sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh besar bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Penghakiman adalah milik Allah Hanya Allah yang memiliki wewenang untuk melakukan penghakiman. Hanya Allah yang berhak menghakimi, karena Ia-lah Allah yang Maha Kuasa, satu-satunya Hakim yang jujur, yang benar dan adil dalam penghakiman-Nya [kitab]Wahyu167[/kitab]. Penghakiman bukan hak kita; janganlah tempatkan diri kita di tempat yang tidak seharusnya. Jika kita mengambil tempat Allah sebagai Hakim maka Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari diri kita, dengan standar yang kita pakai ayat 2. Padahal, bukankah kita yang sesungguhnya penuh dengan dosa ayat 3 telah dibenarkan karena anugerah Allah? Jika Allah mencari-cari kesalahan manusia, maka kita tidak akan mengenal keselamatan. Namun Allah tidak melakukan itu. Sebaliknya Allah berpikir tentang kebaikan; Ia berkehendak untuk menjalankan rancangan-Nya yang indah bagi kehidupan setiap manusia ciptaan-Nya. Untuk itulah Yesus diutus untuk menyelesaikan – bukan untuk menghakimi - kesalahan kita. Karenanya, jika Allah telah menggunakan ukuran’ anugerah dan kasih dalam menghakimi manusia, janganlah menghakimi orang lain dengan ukuran kita sendiri. Kalaupun kita melihat kesalahan orang lain adalah lebih baik bila kita bergumul dan mendoakannya, daripada menghakiminya. Sumber berbagai sumber by lois horiyanti/ Halaman 1 Rencana, kegiatan dan proyek. Semuanya tentang masa depan. “Besok saya akan melakukan ini dan itu”. “Hari ini atau besok, saya akan pergi ke sana”, “Pada tanggal ini atau itu, saya akan memulai pekerjaan ini”, dll. Tidak ada salahnya untuk kita membuat rencana atau memiliki visi untuk masa depan. Yang salah adalah apabila dalam membuat rencana, kita tidak berserah kepada Tuhan serta tidak mencari kehendak-Nya. Tentang hal ini, Yakobus berkata kepada kita Yakobus 413 “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.” Dalam membuat rencana, ada faktor “jika” yang teramat penting yang tidak boleh kita lewatkan “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Menyusun rencana bukanlah sebuah kesombongan. Yang merupakan kesombongan adalah berperilaku seakan-akan kita memiliki otoritas total atas realisasi dari rencana-rencana tersebut atau kita merasa punya otoritas atas hari esok. Padahal kita semua tahu bahwa tak seorang pun dari kita memiliki otoritas seperti itu. “Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok”. Sebuah contoh perencanaan yang baik diberikan oleh Paulus dalam Kisah Para Rasul 1821. Di sana kita mendapati Paulus sedang berada di Efesus, dan ia mengirimkan salamnya kepada orang-orang percaya lokal di tengah perjalanannya ke Yerusalem Kisah Para Rasul 1820-21 “Mereka minta kepadanya untuk tinggal lebih lama di situ, tetapi ia tidak mengabulkannya. Ia minta diri dan berkata "Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya.” Dan juga dalam I Korintus 165-7, tentang jemaat di Korintus “Aku akan datang kepadamu, sesudah aku melintasi Makedonia, sebab aku akan melintasi Makedonia. Dan di Korintus mungkin aku akan tinggal beberapa lamanya dengan kamu atau mungkin aku akan tinggal selama musim dingin, sehingga kamu dapat menolong aku untuk melanjutkan perjalananku. Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.” “Jika diperkenan Tuhan”, “Jika Allah menghendakinya” haruslah selalu menyertai setiap rencana yang kita buat. Setiap rencana yang kita buat haruslah diserahkan ke dalam tangan Tuhan. Dia pun mempunyai rencana bagi hidup kita. Sebagaimana dikatakan dalam Yesaya 558-9 Yesaya 558-9 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Juga Mazmur 406 “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.” dan Efesus 320-21 “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.” Apakah Anda banyak memikirkan tentang diri Anda dan masa depan Anda? Tuhan memikirkannya lebih lagi. Rancangan-Nya untuk kita, lebih dari yang dapat dihitung! Bahkan terlalu besar untuk dihitung! Jika rancangan-rancangan Anda tidak terlaksana dan Anda ingin bertanya, “Mengapa Tuhan?” lalu menunjukkan kepada-Nya betapa indahnya rancangan-rancangan yang telah Anda buat tersebut, ingatlah betapa jauh lebih tinggi rancangan-Nya daripada rancangan Anda. Ingatlah bahwa rancangan-Nya bagi Anda lebih banyak daripada yang dapat dihitung dan rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kejahatan. Jikalau ada rancangan yang tidak Tuhan berkati, itu bukan karena Ia mengabaikan Anda, bukan pula karena Ia tidak mengasihi Anda, tetapi karena rancangan itu bukanlah kehendak-Nya yang sempurna bagi hidup Anda. Kehendak dan rancangan Allah bagi Anda adalah yang sempurna. Sebagai kesimpulan, tentu tidak salah untuk membuat rencana. Namun, pastikan dalam semua rencana yang Anda buat, Anda menambahkan syarat utama yaitu sesuai dengan “kehendak Allah” dan berkata seperti Kristus, “janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” Matius 2639 Anastasios Kioulachoglou april363 april363 B. Arab Sekolah Dasar terjawab Kun Fayakun Kun Fayakun Kun fa yakun Iklan Iklan Oktaz Oktaz Kun Fayakun Jika Allah Berkehendak Maka Terjadilah mks kak sip trima ksh Iklan Iklan Tazkiahamalia1 Tazkiahamalia1 Kun fayakun jadilah maka jadilah sesuatu ituSemoga membanty Hay sayang makasih kak Mohon maaf jika aku salah Iklan Iklan Pertanyaan baru di B. Arab Tuliskan surat an-naba dari ayat 1 sampai 40​ tolong dijawab plssssssssssssstolong jangan ngasal yaaaaaaamakasihhhhhhhh!!!​ Taman mini م أنا أذهب إلى ... ا سبورة ا في المدينة ... أ حديقة في البركة ... ا أزهر ن یا -1 ب Taman rumah ب المدينة ب أسرتى ب واسعة ج ج ج مكتب ج كبيرة … ج أسماك Taman kota​ Terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia! الجدة يطبخ الرزMbak atau Mas atau Adek tolongin ya ​ apa yg dimaksud dengan ikhlas? ​ Sebelumnya Berikutnya Iklan Sebenarnya kamu harus berkata ”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.”

jika tuhan berkehendak maka terjadilah alkitab